Kamis, 28 Oktober 2010

Cerpen Memandang Bulan



Bulan itu memancar dengan warna keemasan. Aku tertegun menatapnya. Sungguh mempesona. Malam yang kelam menjadi indah dan menggairahkan. Samar-samar kulihat seorang gadis di bulan itu. Ah, ternyata dia kekasihku. Aku tersenyum memandangnya yang terlihat tengah asyik melenggak-lenggokkan tubuh eloknya di bulan itu. Matanya yang bening menatapku lekat. Jemarinya yang lentik melambai-lambai ke arahku dengan kerincing gelang-gelang mutiara.
“Johan, kenapa melamun saja?” tiba-tiba seorang gadis menegurku.
Aku menoleh menatapnya. Aku heran. Entah dari mana datangnya dia. Tahu-tahu dia telah berada di sampingku.
“Kamu  siapa?” tanyaku takjub. Gadis ini sungguh rupawan. Lebih cantik dari kekasihku yang tadi kulihat sedang menari-nari di bulan.
“Hei, kamu  kenapa, Johan? Kamu seperti orang linglung?” mata gadis itu menatapku dengan heran. Aku makin terpesona menatap mata indah berbulu lentik itu.
“Linglung? Oh, sungguh aku tidak pernah mengenalmu sebelumnya…” mataku tak berkedip memandang wajahnya. Pipinya tampak memerah.
“Aku Salma!”
“Salma?” sekarang aku benar-benar seperti orang linglung.
“Ya, aku Salma! Kamu terkena amnesia, ya?! Aku ini kekasihmu!” gadis bernama Salma itu mulai kesal.
“Kekasihku? Ah, seingatku, kekasihku bernama Amelia, bukan Salma.”
“Johan, Johan…” gadis itu tertawa kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “Amelia itu juga namaku begok! Tepatnya nama belakangku, Salma Amelia! Apa kamu sudah lupa?”
“Salma Amelia?”
“Ya, Salma Amelia!”
“Nama kekasihku Amelia Dewi, bukan Salma Amelia!”
“Amelia Dewi? Hah, siapa dia?! Siapa?! Kau selingkuh ya…!” mata indah itu membulat. Terlihat sekali betapa marahnya dia, namun bagiku mata itu makin mempesona saja.
“Aku tidak pernah selingkuh!”
“Lalu siapa Salma Amelia itu?”
“Coba kau lihat bulan itu,” ujarku menunjuk langit.
Gadis itu mendongakkan wajahnya, menuruti kemauanku. Mungkin dia juga penasaran.
“Apakah kau melihat seorang gadis di bulan itu?”
Gadis di sampingku menatapku heran, lantas berkata, “Kau memang sudah gila! Lebih baik aku pergi saja!” gadis itu melangkah pergi.
“Hei, kamu mau ke mana?” aku berusaha mencegahnya.
“Besok kalau kau sudah ke psikiater, baru kau boleh temui aku lagi!”
***
Malam berikutnya aku kembali memandang bulan. Semalam bulan itu berwarna keemasan. Tapi hari ini warna bulan itu berubah menjadi ungu. Baru kali ini aku melihat bulan berwarna ungu. Samar-samar masih kulihat kekasihku tengah menari-nari dengan kerincing gelang-gelang di tangannya. Terkadang dia berputar-putar mengembangkan gaun suteranya seperti penari India.
“Kau melamun saja?” terdengar seorang gadis menegurku.
Aku menoleh, dia bukan kekasihku, bukan juga gadis yang menemuiku semalam yang mengaku-ngaku sebagai kekasihku. Tapi dia juga cantik. Bibirnya yang merah tampak mengkilat diterpa cahaya rembulan. Matanya indah dengan alis yang melengkung seperti lengkungan pelangi yang menghiasi langit kala hujan gerimis di sore hari.
“Kau siapa?” tanyaku.
Gadis itu tertawa, “Tidak biasanya kamu bercanda seperti ini?…”
“Bercanda? Aku tidak bercanda! Aku memang belum pernah melihatmu sebelumnya…”
“Benarkah kamu tak mengenaliku?!” mata gadis itu membulat.
Aku mengangguk dengan yakin.
“Lalu cincin ini pemberian siapa?” gadis itu memerlihatkan cicin perak di jari manisnya.
Aku mengendikkan bahu.
“Sudahlah, Johan! Hentikan sandiwaramu itu!”
“Hei, sandiwara apa? Aku memang tidak pernah mengenalmu!”
“Huh, lebih baik aku pergi saja!”
“Woi, kamu mau pergi ke mana?”
Gadis itu tak menoleh. Terus saja melangkah tanpa menghiraukanku lagi.
***
Masalah. Hari ini aku tertimpa masalah berat. Pekatnya mendung memang tak bersahabat tadi malam. Tidak seperti malam-malam sebelumnya. Begitu cerah. Aku tak bisa melihat bulan semalam, pun kekasihku yang selalu setia menemaniku tiap malam, menghiburku dengan tarian Indianya yang gemulai.
Tapi itu bukan masalah berat yang kumaksud.
Hari ini aku tak bisa pulang. Bahkan tak tahu jalan pulang. Aku membutuhkan pertolongan. Tapi siapa yang bisa menolongku? Setiap orang yang kuminta pertolongan selalu acuh padaku. Mereka tak ada yang mau mengantarku pulang. Mereka semua egois!
“Johan? Lagi ngapain di sini?” seseorang menyapaku ramah.
“Tika?” mataku berbinar-binar melihat teman sekampusku itu telah berdiri di hadapanku. “Syukurlah kamu datang ke mari.”
“Memangnya ada apa?”
“Aku butuh pertolongnmu. Aku… aku lupa jalan pulang ke rumahku.”
“Ha ha… ada-ada saja kau ini Johan!” dia tertawa.
“Tapi aku sungguh-sungguh tak ingat jalan pulang!”
“Baiklah, manti aku antar. Sekarang aku ingin ziarah ke makam ibuku dulu. Mau ikut?”
“Ibumu?”
“Ya. Ibuku telah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Hari ini hari ulang tahunnya, makanya aku ingin mendoakannya semoga ibu hidup bahagia di alam sana…”
“Amin…,” sahutku seraya melirik keranjang bunga yang dibawa Tika. Di dalam keranjang bunga itu terselip sehelai foto.
“Foto siapa itu?” tanyaku menunjuk ke dalam keranjang bunga.
Tika meraih foto itu, “Ini foto ibuku sewaktu dia masih gadis dulu.”
Aku meraih foto itu lalu memandanginya lekat-lekat. Seketika mataku terbelalak. Wanita dalam foto ini benar-benar mirip dengan gadis yang menemuiku dua hari lalu saat aku memandang bulan. Apakah ini nyata? Aku menggosok-gosok mataku tak percaya.
“Oya, akhir-akhir ini kamu sering menyendiri dan senang sekali memandang bulan purnama pada malam hari?” Tika mengalihkan perhatianku menatap foto itu.
Aku diam saja. Tak menyahut apa-apa.
“Apakah kamu belum bisa melepas kepergian Amelia, gadis keturunan India itu?”
“Dia belum meninggal, Tika! Semalam aku melihatnya tengah menari di bulan!”
“Johan, kamu tak boleh seperti ini. Masih banyak gadis lain yang mau menerima cintamu dengan tulus…”
“Tika, kau harus percaya aku! Amelia masih hidup. Sekarang antarkan aku pulang! Aku ingin memberitahu ibuku bahwa Amelia masih hidup!”
Tiba-tiba langkah kami terhenti. Di hadapan kami tergeletak sesosok mayat dengan tubuh berlumur darah. Sepertinya korban tabrak lari.
Aku dan Tika melangkah mendekati mayat itu lalu mengenali wajahnya. Betapa terperanjatnya aku, tubuh berlumur darah itu adalah diriku sendiri! Tidak, tidak mungkin!
“Johan, ayo ikut kami…” terdengar panggilan beberapa wanita di telingaku. Saat aku menoleh, kulihat Amelia, Salma dan gadis yang mengenakan cicin perak semalam melambai ke arahku. Anehnya pakaian mereka semua berwarna putih.
Saat aku menundukkan wajah, kulihat pakaianku juga telah berubah putih…***

Cerpen Di Bawah Pohon Mahoni

 
Senja
Menghindari senja, aku pun harus bertemu dengan senja itu. Menunggu kesetiaan dan kejujuran di bawah pohon mahoni yang berada di halaman sebuah bangunan TK yang sudah tua. Sebuah ayunan yang satu-satunya permainan anak yang tersisa dibuai angin kencang. Lalu, rintik hujan singgah di ayunan tersebut. Hujan semakin lebat, menyuruhku menepi ke bawah pohon mahoni. Bukan tentang hujan, sebenarnya. Tapi saat ini hujan menemaniku yang gelisah menunggu Darmawan. Hujan menjadi jurus ampuh untuk manakar kesetiaan dan kejujuran itu. Berdiri di bawah mahoni, aku bisa melihat kedatangannya dari ujung jalan. Walaupun rintik-rintik hujan dari sela-sela mahoni singgah di tubuhku.
Dari ujung jalan, Darmawan berlari melintasi hujan. Langkah cepatnya, adalah pertanyaan yang menyediakan jawaban buram untukku. Apakah itu langkah kesetiaan dan pengorbanan atau itu adalah langkah kebimbangan. Terasa darahku naik ke ubun-ubun, dadaku berdebar sangat dahsyat ketika Darmawan berada di hadapanku dengan nafas tersengal-sengal. Sebentar ia berdiri, menyaksikan bagaimana aku. Ia menggigil kedinginan bersamaan dengan air mataku yang jatuh.
“Padahal aku mengenal dirimu sebagai wanita yangkikir air mata.” Darmawan menatap tajam ke arahku
“Tapi kali ini berbeda, Mawan,” aku menyambung kata-katanya
Darmawan menarik tanganku, membawaku berlari menuju bangunan TK. Kami duduk menepi. Bersandar di bangunan Taman Kanak-Kanak yang sudah tua itu.
“Mawan!” Sapaan akrabnya yang acap kali aku panggil. “Jangan pernah berpikir aku berkorban,” kataku dengan suara yang terisak. “Pastinya dirimu mengenal bagaimana aku. Pernah aku berkorban? Untuk satu hal yang kecilpun aku tidak mau, Mawan!” Sinar mata Darmawan tajam, walau ketika itu ia basah kuyup. Saat ini, sepi sedang berada di antara kami karena Mawan tak memberi sedikit pun tanggapan. Aku duduk sejajar dengan Mawan. Daun mahoni yang disinggahi butir-butir hujan yang semakin lebat menjadi tontonan kami berdua. Tak ada instrument selain lebatnya hujan. Desah nafas Darmawan yang selalu aku dengar apabila berada di sampingnya saat ini tak terdengar.
“Aku tak akan berkorban, Mawan!” Air mataku kembali jatuh. “Sekalipun dia sahabatku.” Aku menyambung kata-kataku sambil mengusir sepi. “Tapi, berpikirlah!” Ada pertempuran besar di hatiku untuk mengeluarkan kata-kata selanjutnya. “Aku berharap dirimu menerima cintanya, jika ia lebih baik dariku. Tentang bagaimana aku, jangan hiraukan!” Aku bukan melepasmu Mawan, tapi mengukur kejujuran dan kesetiaanmu, teriakku dalam hati. Itulah kata terakhirku sebelum menyonsong hujan yang tak jua berkurang lebatnya. Tak ada lagi senja. Antara hujan dan gelap aku tinggalkan Mawan di bangunan TK tua itu. Sayup-sayup terdengar Mawan memanggilku, “Aya…!”
Pagi
Mereka bertemu di antara kabut. Bukan cerita tentang kabut, tapi kabut hadir dengan pesonanya yang memburamkan pandangan di pagi ini. Darmawan duduk di sudut bangunanTK. Ayunan yang kemarin ia lihat bersama Aya masih tertutup kabut. Sesekali Darmawan melihat ke ujuang jalan, menunggu seseorang yang akan melintasi kabut.
Kabut, tak menipiskan keinginan Reka berjalan menelusuri jalan setapak dan berhenti di sebuah bangunan TK yang sudah tua. Reka berharap Darmawan menunggunya di sana.
“Reka! Aku pikir dirimu tak akan datang.” Kata Darmawan menyambut kedatangan Reka. Reka membalasnya dengan senyum kegembiraan karena Darmawan telah menunggunya.
“Terimakasih telah menungguku!”  Disapu dinginnya kabut pagi, mereka duduk di sudut TK. “Setiap berjumpa dengan dirimu, Mawan, hari selalu terasa pagi. Dan pagi ini, sangat tak kuinginkan berlalu begitu saja. Aku harap, ini adalah pagi yang membawa berita baik” Ada senyum di bibir Reka, memperindah wajahnya yang lesung pipi.
“Boleh aku mengajukan satu pertanyaan, Rek?”
“Apa?”
“Tentang sahabatmu.” Darmawan menatap lekat ke arah Reka. “Apa  dirimu tak pernah tahu tentang. . .”
“Tentang kalian. Bukankah begitu, Mawan?” sekilas mereka saling bertatapan. Reka lalu melarikan pandangannya ke pohon mahoni yang diburamkan oleh kabut. “Pastinya aku tahu. Tapi cinta ini memaksaku untuk berkorban, Mawan!. Tak pernah aku inginkan kehadirannya, namun rasa ini datang tanpa aku sadari.”
“Tapi, Aya sahabatmu!”
“Sekalipun dia sahabatku!”
“Apa yang dirimu inginkan dariku, Rek? Masih banyak pria yang lebih baik dariku.”
“Itu benar. Tapi, bagiku dirimu lebih baik untukku dibanding mereka!”
“Jika Aya melepasku untukmu, apa yang dirimu lakukan agar ia juga bahagia seperti kebahagiaan yang dirimu rasakan?”
“Sekali ini aku mohon pengorbanan dari seorang Aya!”
Mereka duduk sejajar menghadap jalan setapak. Sesekali kendaraan mondar-mandir di jalan itu. “Mawan, apakah cintaku hanya akan sia-sia saja? Berharap pada seseorang yang tak mungkin akan membalasnya.”
Mawan menatap lekat mata Reka. Mereka bertemu pandang pada situasi klimaks dari cerita segitiga ini. Jawaban yang diharapkan Reka tak kunjung keluar dari mulut Darmawan. Matahari semakin merangkak ke tengah. Kabut semakin menipis. Mahoni yang tadinya tertutup kabut kini terlihat sangat jelas dengan daunnya yang hijau.
Matahari tepat di atas kepala
“Kekuranganmu membuat aku merasa nyaman. Kehadiranmu menjadi langkah semangat bagiku. Melepasmu adalah kehancuranku.” Kataku di tengah terik matahari. Aku dan Mawan bersandar di bawah mahoni. “Satu hal lagi, Mawan!”
“Apa?”
“Tak semudah itu aku memberitahunya!”
Mawan menatapku. Dapat aku baca pikirannya, seolah ingin tahu apa yang aku maksud.
“Karena dirimu belum memilih, Mawan!” Di balik dinding TK itu, aku tahu ada sepasang telinga yang me-nangkap suaraku. Mendengar pembicaraan kami.  “Aku atau Reka?”  aku lanjutkan kata-kataku, berharap sepasang telinga di balik diding itu juga mendengarnya.
“Apa dirimu masih menginginkan kehadiranku di sisimu, Aya? Bukan aku yang memilihnya. Tapi dirimu sendiri yang akan memberi jawaban dari semua pertanyaan dan pilihan itu!”
“Terjawab sudah kebimbanganku, Mawan!” Reka, seseorang yang berada di balik dinding itu, aku tahu pengorbananmu yang sia-sia untuk Mawan. Tapi, dia memilih aku, Ma’af! Walapun dirimu sahabatku, kata hatiku saat itu. “Kesetiaanmu tak sanggup aku lepaskan. Itulah yang ingin aku katakan.” Ucap Aya.***

Rabu, 27 Oktober 2010

Cewek Nembak Duluan ???

Pendapat umum di Indonesia, cewek nembak cowok itu tabu, alias masih nggak pantas. Padahal di negara-negara lain, terutama Amerika dan Jepang, cewek nembak cowok itu udah lazim loh. Karena cewek sama cowok dianggap equal dan sama-sama boleh mengutarakan cinta. Apalagi sekarang cewek-cewek lebih bisa mengekspresikan perasaannya daripada cowok.

Survey di Amerika mengatakan bahwa cowok-cowok justru lega karena cewek sekarang udah berani ngajak ngedate. Beban cowok jadi berkurang.

Terus kenapa sih di Indonesia cewek nembak cowok itu masih a big no-no :

# Karena masih ada anggapan bahwa nggak enak kalau cewek yang kepengenan pacaran. Padahal dengan    cowok yang nembak cewek kan seolah si cewek hanya menyetujui, tidak memberikan inisiatif.

# Cowok gengsinya masih tinggi banget. Kalau ditembak, cowok seolah kelihatan nggak berdaya dan di posisi yang lebih rendah dari cewek.

# Cewek yang nembak duluan biasanya di cap agresif oleh sekitarnya.

# Walaupun suka juga, cowok biasanya jadi illfeel dan jadi nggak suka karena cewek nembak duluan. Cowok masih butuh kepuasan dalam menaklukkan cewek.

But think about it, seru juga loh kalau cewek boleh nembak duluan.....

# Mengurangi beban cowok. Biasanya cowok punya beban takut ditolak cewek. Nah, kalau cewek punya hak nembak juga, bebannya jadi seimbang deh.

# Seharusnya cowok merasa flattered ada cewek yang berani nyatain suka duluan. Dengan begitu seharusnya menjadi tantangan buat si cowok untuk treat si cewek dengan sebaik-baiknya setelah jadian.

# Cewek yang berani nembak cowok seharusnya di kagumi oleh teman-temannya. Diterima atau nggaknya tuh nggak masalah. Keberanian si cewek untuk memulai duluan patut diacungkan jempol. Teman-temannya seharusnya melihat dia sebagai cewek yang take matters into her hands dan nggak mau hanya terima nasib.

# Karena cewek biasanya menggunakan perasaan. Nggak ada tuh cowok yang diajak pacaran karena alasan nggak penting dan diputusin gitu aja. Nggak kayak yang banyak terjadi sekarang, dimana banyak cowok yang mutusin cewek dengan alasan nggak jelas setelah nembak.

Gimana menurut kamu ? masih lama untuk kita bisa menerima cewek nembak cowok duluan. Masalahnya kita masih menganut anggapan bahwa cewek itu tinggal menolak atau menerima, bukan untuk memberikan pilihan. Tapi kalau kamu di suatu situasi dimana kamu PDKT cukup lama alias gantung, nggak ada salahnya lho dropping hints secara tidak langsung :

# Pas lagi berdua, start conversation tentang hubungan kalian. Bilang kalau teman kamu si A mengira kalian pacaran karena kalian sudah lama begitu dekat. Lihat reaksinya.

# Bilang kalau ada cowok yang juga suka sama kamu. Minta pendapat dia tentang situasi tersebut.

# Katakan bahwa kamu bosan PDKT terus. Kalau dia memang nggak berniat mengajak kamu pacaran, bilang bahwa kamu ingin berteman saja. 

Selasa, 26 Oktober 2010

Lrik Lagu Alejandro

Don’t call my name
Don’t call my name
Alejandro
I’m not your babe
I’m not your babe
Fernando
Don’t wanna kiss
Don’t wanna touch
Just smoke my cigarette and hush
Don’t call my name
Don’t call my name
Roberto
Alejandro
Alejandro
Ale-Alejandro
Ale-Alejandro-e-ro
Stop
Please, just let me go
Alejandro
Just let me go
She’s not broken
She’s just a baby
But her boyfriend’s like her dad
Just like a dad
And all those flame that
Burned before him
Now he’s gotta firefight
Got-cool the bad
You know that I love you boy
Hot like Mexico
Rejoice
At this point I’ve gotta choose
Nothing to lose
Don’t call my name
Don’t call my name
Alejandro
I’m not your babe
I’m not your babe
Fernando
Don’t wanna kiss
Don’t wanna touch
Just smoke my cigarette and hush
Don’t call my name
Don’t call my name
Roberto
Alejandro
Alejandro
Ale-Alejandro
Ale-Alejandro-e-ro
Don’t bother me
Don’t bother me
Alejandro
Don’t call my name
Don’t call my name
Bye Fernando
I’m not your babe
I’m not your babe
Alejandro
Don’t wanna kiss
Don’t wanna touch
Fernando
Don’t call my name
Don’t call my name
Alejandro
I’m not your babe
I’m not your babe
Fernando
Don’t wanna kiss
Don’t wanna touch
Just smoke my cigarette and hush
Don’t call my name
Don’t call my name
Roberto
Alejandro
Alejandro
Ale-Alejandro
Ale-Alejandro-e-ro

Minggu, 24 Oktober 2010

Love Today - Mika

Doom da da di da di Doom da da di da di

Everybody's gonna love today,

Gonna love today, gonna love today.
Everybody's gonna love today, gonna love today.
Anyway you want to, anyway you've got to,
Love love me, love love me, love love.

I've been crying for so long,

Fighting tears just to carry on,
But now, but now, it's gone away.

Hey girl why can't you carry on,
Is it 'cause you're just like your mother,
Little tike, like to tease for fun,
Well you ain't gonna tease no other,
Gonna make you a lover.

Everybody's gonna love today,

love today, love today.
Everybody's gonna love today,
Anyway you want to, anyway you've got to,
Love love me, love love me, love love.
Girl with a groove with the big bust on,
Big bust on, big bust on.
Wait till your mother and your papa's gone,
Papa's gone
Momma, momma papa, shock shock me,
Shock shock me, shock shock.

Everybody's gonna love today,

Gonna love today, gonna love today
I said,
Everybody's gonna love today, gonna love today,
Anyway you want to, anyway you've got to,
Love love me, love love me, love love.


Carolina sits on ninety-five
Give her a dollar and she'll make you smile.
Hooker, what a looker, walk away!

Carry dresses like a kid for fun,

Licks her lips like they're something other,
Tries to tell you life has just begun,
But you know she's getting something other
Than the love from her mother

Everybody's gonna love today,

Love today, love today
Everybody's gonna love today,
Anyway you want to, anyway you've got to,
Love love me, love love me, love love.

Girl with a groove with the big bust on,

Big bust on, big bust on.
Wait till your mother and your papa's gone,
Papa's gone
Momma, momma papa, shock shock me,
Shock shock me, shock shock.

I said,

Everybody's gonna love today,
Gonna love today, gonna love today
I said,
Everybody's gonna love today,
Gonna love today,
Anyway you want to, anyway you've got to,
Love love me, love love me, love love.

Doom da da di da di Doom da da di da di Doom da da di da di Doom da da di da di.....

Everybody's gonna love today,

Gonna love today, gonna love today
Everybody's gonna love today,
Gonna love today,
Anyway you want to, anyway you've got to,
Love love me, love love me, love love.

Doom da da di da di Doom da da di da di Doom da da di da di Doom da da di da di.....

Happy Birthday dear Celebs

Miley Cyrus

Ngerayain ultahnya yang ke 16 barengan The Legendary
Mickey Mouse

Larrry King

The King Of Talkshow, tetap ngerayain ulang tahunnya
di studio

Hillary Clinton

Pesta special Hillary Clinton di Beacon Theatre
with Her husband and daughter

Ludacris

Ludacris celebrated his 30th birthday

Nick Canon


Mariah Carey jadi host di ulang tahun suaminya
di PURE Night Club, Las Vegas

Suri

Tom Cruise dan Katie Holmes Kompakan nih
di ulang tahun Suri yang ke 2

Kanye West

Dia bikin konser kecil-kecilan buat
birthday part-nya

Prince Charles Red


Happy birtday chuck( panggilan Prince charles Red )

Jumat, 22 Oktober 2010

Socialite Club A Lister's Choice

Salah satu aktifitas seleb tuh nongkrong di tempat-tempat
elit untuk bersosialisasi sama seleb lainnya. Here are the places
where A Lister spend their lovely night.

my house club
address : 7080 hollywood Blvd, los angeles, ca



Tempat ini hasil ciptaan David Judaken yang berkolaborasi dengan pakar desain, Dodd Mitchell. Modelnya mirip rumah mewah, dan arsiteknya bergaya tahun'60-an dengan kelengkapan seperti crocodile bars, a nickle-scaled ceilings, fire-breathing sculptures dan stunning chandeliers, yang bikin tempat ini beda sama yang lainnya. Trus, ruang tamunya nyaman abis, udah gitu lounge mininya, tempat duduknya, dan tv flatnya ngebikin My house seperti rumah impian.

" My house offer combining the exclusive ambiance of a house party in the hills with the energetic possibilities of a nightclub," kata David.

The place is soo happening ! Hampir semua seleb yang pernah ngerasain asyiknya clubbing di My house. Tapi yang paling sering nongol sih Miss Paris. Disini juga ia sering kegep nggak terkontrol bareng pacar on-offnya, Doug Reinhardt. Sssst.... disini juga Paris nge-date sama Cristiano Ronaldo No Wonder, My house juga jadi tempat favorit para paparazzi untuk ngedapetin foto-foto seleb.

hyde lounge
address :8029 w sunset Blvd, west hollywood,
ca 90046



Tempat ini bergaya British dengan satu pintu. Tempatnya tidak begitu luas, yah.. paling banyak hanya bisa menampung 100 tamu. Tapi untuk urusan nyaman, the place is highly recommanded. Makanya, sejak di buka tahun 2006, Hyde langsung jadi "It" Club yang disukai para seleb, salah satunya Matt Dallas dan Lauren Conrad.

Ngomongin desainnya nih, minimalis tapi modis. First floor lounge features leather and crocodile, trus ada monkeywood table yang ukurannya super gede. Tempat ini juga sering punya acara-acara seru, dan pengunjungnya harus datang sesuai dresscode ( Cristina Aguilera dan suaminya Jordan Bratman juga dandan abis-abisan pas acara Halloween Party tahun lalu ).

teddys 
address : 7000 hollywood Blvd, City, Los Angeles, CA





 
Sebelum ada My house, tempat ini yang paling sering di datangi A Listers Hollywood. Kalau nggak ada label "seleb" jangan harap bisa masuk dengan sempurna, pokoknya nih aturan super ketat.

Kalau ada didalamnya, wah...bikin kagum deh! There are comfortable over-sized seating areas, yang sangat memungkinkan seseruan bareng teman-teman tanpa bingung nyari tempat duduk. Semuanya bisa jadi satu area.

Saking penuhnya nih, valet mobilnya aja bisa nungguin lebih dari sejam ! Mendingan cari tempat parkir sendiri. Temapt ini juga sering dijadiin tempat nongkrongnya favorit Lilo, Rpattzz, Mischa Barton, bahkan nih vokalis Marron 5 juga pacaran sama salah satu waitress Teddys, Rebecca Ginos.

cRown BaR
address : 7321 Santa Monica Blvd, West Hollywood,
Los Angeles, Ca 90046


Buat penduduk asli Los Angeles, pasti nggak kesusahan nemuin Crown Bar. Abisnya, tempat ini ngetop dan gampang dicarinya. Dulunya rumah tapi sekarang diubah total dengan landscape keren dan dikelilingi desain yang memikat.

Yang paling penting servisnya. Disini oke loh, kalau kita nggak berselera makan, atau nggak 

cocok sama menu makanannya yang memang limited menu, kita akan ditempatkan di bar yang tempat duduknya nyaman, dan bebas ngedengerin musik DJ ( dulu DJ Samantha Ronson sering ngisi acara disini).

O ya, ada pintu rahasia untuk VIP treatment. Jadi para seleb yang datang ke sini kayak Rachel Bilson dan Gerard Butler sering nggak terdeteksi sama paparazzi yang rata-rata setia nungguin di depan Crown Bar.